Sabtu, 03 November 2007

puisi di SMA (2)

AMBURADUL
Sore tanpa cahaya alam
Angin bertiup berani
Hanya menggerakkan daun-daun bambu
Kedinginannya tak sampai menembus
Longgarnya koko coklatku

Halaqoh-halaqoh syawir
Sangat tidak ijtihad,
Masjad terlingkarkan diatas kepala
Dibelakang, terdengar suara tanpa rupa
Bunyi-bunyi mulut penuh bau
Sungguh tiada berinti sari

Putusan nafas tersendat-sendat
Gemuruh oksigen terhambat keluar
Oleh jamaknya cobaan hidup

Horison semua penjuru rata memutih
Satu dari banyak tanda usainya hujan

Aku hanya mampu menatap kaku,
Darahku mengalir, membeku
Diriku terpaku
Bagaimana masa depanku
Secerah langitkah?

Memang terlalu rumit tuk dipikirkan

Semua akal terpusat
Terforsir terlalu berharap

Do’a dan usaha
Harus terus terpanjat

Perasaan???

Jangan sampai lahir labilitas
Fakir, nurani, naluri
Harus sebagai kendali
Tapi kenapa kedewasaan
Dan kesadaran
Sangat sulit didatangkan??

Tanyalah dirimu
Dengan penuh pertimbangan.

Ngunut Tulungagung, 31 Maret 2005

ASASI
Lingkaran darah merah berceceran
Basahi tanah atas hunianku
Kala petang tak kunjung datang
Seperempat hari tiada sinar
Mendung gelap rata……………….
Di seluruh jagat raya,
Sang surya pagipun enggan mengintip
Bumi fana…………..
Seorang kawan seperjuangan
Bengap indera penglihatannya
Bertutur apa yang telah teralami
Mula kukira lama
Mati suri
Tapi salah besar dugaanku
Pemulung-pemulung ilmu yang duduk
Disekitar tempat kedudukanku
Cerita tentang semua
Kusebut Nama Tuhanku
Tak pernah kukira dalam benakku sebelumnya…….

Ngunut Tulungagung,…………2005

KEGIGIHAN BULAN

Senyum bulan setengah utuh
Masih saja muncul
Mempercantik kesuraman malam

Entah apalagi yang ditertawakan
Ciptaan yang satu ini
Selalu mau bergelantungan di onggokan
Lautan langit yang kelam

Kepucatannya tak menyurutkan niatnya

Saat si surya keluar sarang
Bulan tak pernah patah arang
Supaya dapat dilihat manusia

Kebenderangan seakan hilang
Namun sebenarnya tidak!!!

Bulan menegaskan keeksisan dirinya,
Sayang tak seorang pun menyadarinya.
Dirinya seperti dilupakan
Karena memang sudah lagi
Tak menyenangkan
Jasamu bulan
Usahamu bulan
Kerja kerasmu bulan
Telah terabaikan

Orbitmu mana tak lagi
Kau tempuh……….
Bumi yang jadikan kau satelit
Lagi marah, karena memang
Masa sedang sulit.

Siklus alam memang
Telah dilukiskan,
Setiap jangkah jalan buatan
Sudah digariskan,
Tapi melencengmu bulan
Sudah sangat jauh
Jangan egois bulan
Lihatlah diatasmu
Tuhan masih menjaga.

Apa yang kau rasakan bulan??
Tak ternyana.
Kau terlalu bermuram durja
Lupakah dengan kewajibanmu bulan?
Santai saja,
Sebab tentang keberadaanmu
Benar tidak abadi
Kau harus tebarkan tawa
Aura elokmu
Harus mempesona
Kamu musti tahu itu
Tak sia-sialah Tuhan
Membuatmu….

Ngunut Tulungagung, 10 Maret 2005

PUISI BUATMU
Insan diberi nafsu dan fikir
Keteledoran nafsu membuat racun
Mematikan tanpa penawar
Kelemahan fikir menjadikan
Manusia dipermainkan
Fikiran dan perasaan

Pupuklah sikap mental positif
Itulah penyubur kognitif

Kemalasan, keraguan, keminderan
Hilang tak berbekas karena itu.
Periksa keraguan dan hambatan mental

Tatap proses kehidupan
Kau pasti akan semangat
Lakukan terbaik dalam hidup

Jangan mau diracuni oleh siapapun,
Maaf jika menyinggungmu,
Kucoba jelaskan manusia;
Lahir
Remaja
Berkeluarga
Tua
Mati
Kembali ketanah.
Hidup biasa saja
Hidup hanya sederhana


Adegan –adegan hidup
Memang untuk dijalani
Lakon hidup memang
Selalu berganti
Tapi…………….

TETAP DENGAN SATU JUDUL
YAITU HIDUP…………..

Dunialah panggungnya
Pencipta alamlah sutradaranya

Jarang tokoh protagonis
Menjalankan peran yang manis

Kadang manusia jadi raja
Bagi dirinya
Kadang juga jadi budak
Bagi dirinya……….

Sehingga manusia tega
Melupakan rutinitasnya
Sebagai jalan hidupnya

Kenapa musti manusia
Terombang-ambing
Oleh sesuatu yang tidak diketahui?

Manusia mau dipermainkan jiwanya sendiri

Oh……………..aku mohon

Janganlah itu sampai terjadi
Manusia harus tahu
Kenapa manusia dicipta?
Manusia untuk berkarya
Bangun-membangun
Tak lupa ibadah kepada-Nya
Manusia hanyalah sepotong
Sari tanah hitam.
Dikerjakan, sehingga jadilah
Manusia yang elok rupa
…………………….
Puisi ini untukmu
Wahai manusia-manusia yang penuh perhatian,
Kejernihan akal manusia
Jangan terkorosi
Oleh apa dan siapa
Oh……..manusia
Tolong lenyapkan ketrenyuhan
Yang bersarang di baterai hidupmu.
Saat ini rodamu
Benar ada dibawah
Dan itu pasti!
Berputar pada puncak kesuksesan!.
Tulungagung, 11 April 2005
Malang, 03 November 2007

Tidak ada komentar: